Selasa, 04 Agustus 2009

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
”IMITASI PERBANDINGAN GENETIS PADA MONOHIBRID
DAN DIHIBRID TERANGKAI PADA AUTOSOM”



Disusun Oleh :
Nama : Marice A Rumpaisum
Nim : 31041028
Kelompok : B (12:30 – 14:30)
Assisten :
1. Mba Sita
2. Mickey



FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2009





BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sifat pada tanaman, binatang dan mikrobia yang diatur oleh satu gen. Gen-gen. Gen-gen dalam individu diploid berupa pasangan-pasangan alel dan masing-masing orang tua mewariskan satu alel dari satu pasangan gen tadi kepada keturunannya. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 1990).
Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern; belum diketahui adanya kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetis itu. Mendel menyebut bahan genetis itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan faktor(Yatim Wildan, 2003)..
T.H. Morgan, itu penemu ”gen berangkai” menyusun rumusan penemuan Mendel secara modern (1919), sehingga mengandung istilah gen dan alel. Ada 2 Hukum Mendel yaitu : Hukum Mendel I ”Pemisahan gen sealel”/ hukum segregasi dan Hukum Mendel II ”Pengelompokan gen secara bebas”(Yatim Wildan, 2003).
Galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alele AA) maupun sifat-sifat resesif (alele aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alele (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (Apabila dominan lengkap) (Crowder L.V, 1990).
Individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominan A dan setengahnya mempunyai alele resesif a (Crowder L.V, 1990).
Dengan rekombinasi antara gamet-gamet secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan nisbah yang dapat diramalkan. Nisbah fenotipe yaitu 3 dominan lengkap (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah genotipe yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa) (Crowder L.V, 1990).
B. Tujun
  1. Membuktikan Hukum Mendel (perkawinan monohibrid) jika dominansi penuh (3:1) dan apabila dominansi tidak penuh (1:2:1).
  2. Membuktikan hukum pemisahan gen yang se alel (Hukum Mendel I)
  3. Melakukan pengujian lewat test X2 untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari pertemuan gamet – gamet tadi.
  4. Membuktikan adanya gen berangkai pada autosom


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I : pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of allelic genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan percobaan menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid.
Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembikinan gamet individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu(Yatim Wildan, 2003).
Mendel menyilang kacang kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan silang buatan. Biji yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang rendah(Yatim Wildan, 2003).
Mendel mengibaratkan kacang semula bergenotipe TT. Berasal dari kata tall dalam bahasa Inggeris, artinya tinggi. Sedang kacang kerdil bergenotipe tt. Hasil silangan bergenotipe Tt. Kalau Tt ini melakukan penyerbukan sendiri (secara alamiah), Tt x tt, maka turunannya memiliki genotipe tiga macam : TT, Tt dan tt(Yatim Wildan, 2003).
Tanaman bergenotipe TT dan Tt katanya berfenotipe sama, yakni tinggi. Karakter t untuk rendah karena resesif, ditutupi oleh T yang menumbuhkan karakter tinggi. Jadi karakter tinggi dominan(Yatim Wildan, 2003).
P = TT x tt
F1 = Tt
F2 = F1 x F1
Gb. Monohidrid oleh Mendel pada kacang kapri.
T
t
T
TT
Tt
t
Tt
tt
Ratio :
Genotipe :
1TT : 2Tt : 1tt
Fenotipe :
3tgg : 1rdh
Mendel menemui pula, bahwa keturunan dari hasil penyerbukan sendiri itu jeuh lebih banyak jumlah yang tinggi daripada yang rendah. Kalau dihitung tanaman itu langsung di kebun, secara rata-rata dia dapat bahwa perbandingan (ratio) antara tinggi dengan rendah ialah 3:1(Yatim Wildan, 2003).
Dari hasil persilangan Mendel kelihatan Ratio Genotipe pada turunan kedua ialah: 1TT : 2Tt : 1tt. Karena fenotipe TT sama dengan Tt, maka ratio fenotipe semua ialah: 1 tinggi : 2 tinggi : 1 rendah. Disingkat: 3 tinggi : 1 rendah(Yatim Wildan, 2003).
Mekanisme Pewarisan (Persilangan Monohibrida)
Kenyataan tentang Faktor dari Mendel (gen-gen):
1. Gen-gen berada dalam keadaan berpasangan (alele)
2. Gen-gen memisah (segregasi) dalam sel kelamin (tepung sari dan sel telur), satu alele menuju salah satu seel kelamin.
3. Gen tersusun secara rambang dalam tepung sari dan sel telur.
4. Sifat gen tetap dari generasi ke generasi(Crowder L.V, 1990)
Alele memisah (segregasi) satu dari yang lain selama pembentukan gamet dan diwariskan secara rambang ke dalam gamet-gamet yang sama jumlahnya. Sebagai dasar segregasi satu pasang alele terletak pada lokus yang sama dari kromosom homolog. Kromosom homolog ini memisah secara bebas pada anafase I dari meiosis dan tersebar ke dalam gamet-gamet yang berbeda (Crowder L.V, 1990).
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II : ”Pengelompokan gen secara bebas”. Dalam bahasa Inggeris : Independent Assortment of Genes”
Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke masing-masing kutub ketika meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada Dihibrid atau Polihibrid, yakni persilangan dari individu yang memiliki 2 atau lebih karakter berbeda. Disebut juga hukum Asortasi(Yatim Wildan, 2003).
Pada dihibrid, kalau P ialah AABB x aabb, tentulah F1 : AaBb, double hetrozigot, triple-heterozigot, dan seterusnya sesuai dengan jenis hibridnya, apakah Di-,Tri- atau Poli-hibrid. Waktu Anafase I itu pemisahan dan pengelompokan gen-gen itu secara bebas (Yatim Wildan, 2003).
Ratio Fenotipe Dihibrid F2 : 9 : 3 : 3 : 1. Ratio fenotipe dihibrid ini juga sesungguhnya baru ratio teoritis, didapat dari perhitungan diatas kertas, dan melihat pada susunan genotipe individu-individunya(Yatim Wildan, 2003).
Faktor (alele) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet. Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, nisbah fenotipe pada F2 adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe pada F2. Metode garis cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotipe dan genotipe. Huruf digunakan untuk menyatakan sifat genetik tetapi simbol + dapat untuk menggantikan alele dominan atau digunakan dalam kombinasinya dengan alele resesif, terutama pada Drosophila(Crowder L.V, 1990).
Teori Kemungkinan dan Chi-Kuadrat (Probability & Chi-square)
Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan dari tipe-tipe persilangan genotipe yang berbeda. Penggunaan teori ini memungkinkan kita untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan tersebut(Crowder L.V, 1990).
Metode Chi-square adalah cara yang dapat kita pakai untuk membandingkan data percobaan yang diperoleh dari persilangan-persilangan dengan hasil yang di harapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis(Crowder L.V, 1990).
Kita dapat membuat batasan kemungkinan sebagai frekuensi relatif dari suatu peristiwa.
Jumlah kejadian tertentu
Kemungkinan =
Total jumlah kejadian
Chi-square adalah uji nyata (goodness of fit) apakah data yang diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan, tidak secara kebetulan. Perbandingan yang diharapkan (hipotesis) berdasarkan pemisahan alele secara bebas, pembuahan gamet secara rambang dan terjadi segregasi sempurna(Crowder L.V, 1990).
. Biasanya nilai kemungkinan 5% dianggap sebagai garis batas antara menerima dan menolak hipotesis.


BAB III
METODOLOGI
Bahan dan Cara Kerja
  1. Bahan
a. Kancing baju
b. Kotak Karton
  1. Metode
a. Perkawinan Monohibrid
b. Perkawinan Dihibrid
Perkawinan Monohibrid
a. Dominansi Penuh
Kotak : alat kelamin
Biji kancing : gamet-gamet pembawa gen
A : Dominansi warna hitam
a : Resesip warna putih
Setiap praktikan akan menerima dua buah kotak yang masing-masing berisi 100 biji kancing
Ambil sebutir kancing dari masing-masing kotak tersebut dengan tangan kiri dan kanan bersama-sama tanpa melihat kedalam kotak
Buat catatan tentang percobaan ini, ada berapa kemungkinan yang akan dihadapi :
Kantong 1
Kantong 2
Fenotip
Genotip
Hitam – hitam
Hitam – hitam
Hitam
CC
Putih – putih
Hitam – hitam
Hitam
Cc
Hitam – hitam
Putih – putih
Hitam
Cc
Putih – putih
Putih – putih
Putih
cc
Setelah mencatat hasilnya, kembalikan kancing – kancing tersebut ke kotak asalnya
Ulangi percobaan itu 10x dan buatlah tabel
Setelah diulang 10x jumlahkan hasilnya dan ujilah dengan test X2 bagaimana kesimpulannya?
Hasil masing – masing siswa yang didapat dikumpulkan dan dijumlahkan untuk seluruh kelas sehingga didapatkan hasil kelas, kemudian ujilah dengan test X2
b. Dominansi tidak Penuh
Cara kerja untuk percobaan dominansi penuh diulangi lagi tetapi harus diingat kemungkinan – kemungkinan yang akan dihadapi untuk dominansi tidak penuh
Kantong 1
Kantong 2
Fenotip
Genotip
Hitam – hitam
Hitam – hitam
Hitam
CC
Putih – putih
Hitam – hitam
Abu-abu
Cc
Hitam – hitam
Putih – putih
Abu-abu
Cc
Putih – putih
Putih – putih
Putih
cc
Perkawinan Monohibrid
Untuk perkawinan dihibrid ini digunakan kancing berwarna (Hitam dan putih) dengan ukuran yang berbeda, jadi ada 2 sifat beda yang harus diperhatikan.
A : Dominansi warna hitam
a : Resesip warna putih
B : Dominan ukuran
B : Resesip ukuran kecil
a. Dominansi Penuh
Setiap praktikan akan menerima 2 kotak yang masing – masing berisi 150 pasang biji kancing yang terdiri dari kancing hitam – hitam besar, hitam putih besar, putih – putih besar, putih hitam kecil, putih – putih kecil dan hitam – hitam kecil masing – masing 25%.
Ambillah secara bersama – sama dua butir biji dari masing – masing kotak tanpa memilih atau meraba ukurannya
Catat hasilnya dan ulangi percobaan 10x
Catat dan tentukan kemungkinan – kemungkinan fenotipe dan genotip yang dijumpai
b. Dominansi Tidak Penuh
Percobaan untuk dominansi penuh diulangi lagi, tetapi dengan memperhatikan kemungkinan – kemungkinan dominansi tidak tampak sepenuhnya.
Bagaimanakah kemungkinan – kemungkinan yang akan anda jumpai?
Lakukan uji X2 untuk data perorangan maupun untuk data kelas.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel hasil 1: Hasil praktikum simulasi MONOHIBRID dominansi penuh dan tidak penuh
A = warna hitam, a = warna putih, Aa = abu-abu
No
Dominansi penuh
Dominansi tidak penuh
Hasil Observasi (praktikum)
Hasil observasi (praktikum)
AA/Aa
Hitam
aa
Putih
AA
Hitam
Aa
Abu-abu
aa
Putih
01
7
3
3
4
3
02
8
2
3
5
2
03
5
5
2
6
2
04
5
5
3
4
3
05
8
2
5
2
3
06
7
3
4
4
2
07
9
1
2
6
2
08
9
1
2
4
4
09
9
1
2
3
5
10
7
3
4
5
1
11
7
3
4
3
3
12
5
5
2
5
3
13
8
2
3
5
2
14
7
3
5
4
1
15
7
3
1
8
1
16
8
2
2
8
0
17
9
1
3
5
2
18
8
2
3
6
1
19
8
2
4
4
2
20
8
2
3
3
4
21
7
3
5
2
3
22
5
5
1
6
3
23
10
0
2
5
3
24
6
4
2
6
2
25
7
3
1
6
3
26
9
1
2
3
5
27
7
3
1
7
2
28
7
3
2
6
2
29
7
3
2
8
0
30
8
2
4
4
2
Jumlah
222
78
82
147
71
Rata-rata
7,4
2,6
2,7
4,9
2,3
Monohibrid Dominansi Penuh
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Hitam
(AA/Aa)
222
¾ x 300 = 225
(222 – 225)2/225 = 0,04
Putih
(aa)
78
¼ x 300 = 75
(78-75)2/75 = 0,12
300
300
X2 = 0,16
Hitam : Putih = 3:1
df = n – 1 = 2-1 =1
X2 <>
Monohibrid Dominansi Tidak Penuh
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Hitam
(AA)
82
¼ x 300 = 75
(82 – 75)2/75 = 0,65
Abu – abu
(Aa)
147
2/4 x 300 = 150
(147 – 150)2/150 = 0,06
Putih
(aa)
71
¼ x 300 = 75
(71-75)2/75 = 0,21
300
300
X2 = 0,92
Hitam : Abu – Abu : Putih = 1:2:1
df = n-1 = 3-1 = 2
X2 <>
Tabel 2 : Hasil praktikum simulasi DIHIBRID dominansi penuh dan tidak penuh
A = Hitam, a = Putih, Aa = abu-abu, B = uk.besar, b = uk.kecil, Bb = uk.sedang
No
Dominansi Penuh
Dominansi tidak penuh
Hasil Observasi
Hasil Observasi (praktikum)
A-B-
A-bb
aaB-
aabb
AABB
AABb
AaBB
AaBb
AAbb
Aabb
aaBB
aaBb
aabb
01
5
0
3
2
0
0
2
1
0
1
4
1
1
02
3
0
5
2
1
1
1
1
0
1
4
0
1
03
6
1
3
0
2
0
1
2
0
0
4
1
0
04
4
2
3
1
1
3
4
0
0
0
1
1
0
05
5
1
4
0
2
2
2
2
0
0
2
0
0
06
5
0
5
0
1
1
3
0
0
0
5
0
0
07
7
0
3
0
0
1
3
3
1
0
0
2
0
08
9
1
0
0
1
0
3
2
0
0
1
3
0
09
6
1
3
0
3
1
2
3
0
0
0
1
0
10
4
1
5
0
0
1
3
3
0
0
2
1
0
11
8
1
1
0
2
1
3
2
0
0
2
0
0
12
8
1
1
0
3
0
2
3
0
0
1
1
0
13
6
1
2
0
2
1
1
1
1
0
3
0
1
14
8
0
2
0
2
0
2
1
0
0
3
2
0
15
7
0
3
0
0
1
5
1
0
0
2
1
0
16
5
0
4
1
2
1
5
0
0
1
1
0
0
17
8
1
1
0
1
1
1
3
0
1
2
1
0
18
5
1
3
1
1
0
5
4
0
1
0
0
0
19
6
1
3
0
2
0
2
2
0
0
3
0
1
20
4
1
4
1
3
2
0
2
0
1
0
2
0
21
6
1
2
1
1
1
0
2
0
1
4
0
1
22
5
0
5
0
0
1
4
3
1
0
1
0
0
23
4
0
6
0
0
0
3
3
0
0
3
1
0
24
5
1
4
0
0
0
1
3
0
0
3
1
2
25
8
1
1
0
1
3
1
3
1
0
0
1
0
26
8
0
2
0
1
3
4
0
0
0
2
0
0
27
8
0
1
1
1
1
3
4
0
0
0
1
0
28
7
0
3
0
0
2
1
2
0
0
1
3
1
29
6
1
2
1
4
4
0
1
0
0
1
0
0
30
8
2
0
0
1
2
4
3
0
0
0
0
0
Jumlah
184
20
84
12
38
34
71
59
4
7
55
24
8
Rata-rata
6,1
0,6
2,8
0,4
1,2
1,1
2,3
1,9
0,1
0,2
1,8
0,8
0,2
Dihibrid Dominansi Penuh
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Hitam Besar
(AABB ; AaBb)
184
9/16 x 300 = 168,75
(184 – 168,75)2/168,75 = 1,37
Hitam Kecil
(Aabb)
20
3/16 x 300 = 56,25
(20 – 56,25) 2/56,25 = 23,36
Putih Besar
(aaBb)
84
3/16 x 300 = 56,25
(84 – 56,25)2/56,25 = 13,69
Putih Kecil
(aabb)
12
1/16 x 300 = 18,75
(12 – 18,75)2/18,75 = 2,43
300
300
X2 = 40,85
Hitam besar : Hitam kecil : Putih Besar : Putih kecil = 9 : 3 : 3 : 1
df = n – 1 = 4 – 1 = 3
X2 > 7,815 (Signifikan)
Dihibrid Dominansi Tidak Penuh
GEN
Q
e
(Q-e)2/e
Hitam besar
(AABB)
38
27/64 x 300 = 126,56
(38 – 126,56)2/126,56 = 61,97
Hitam sedang
(AABb)
34
18/64 x 300 = 84,375
(34 – 84,375)2/84,375 = 30,075
Abu-abu besar
(AaBB)
71
9/64 x 300 = 42,18
(71 – 42,18)2/42,18 = 19,69
Abu-abu sedang
(AaBb)
59
9/64 x 300 = 42,18
(59 – 42,18)2/42,18 = 6,70
Hitam kecil
(AAbb)
4
9/64 x 300 = 42,18
(4 – 42,18)2/42,18 = 34,56
Abu-abu kecil
(Aabb)
7
3/64 x 300 = 14,06
(7 – 14,06)2/14,06 = 3,54
Putih besar
(aaBB)
55
3/64 x 300 = 14,06
(55 – 14,06)2/14,06 = 119,21
Putih sedang
(aaBb)
24
3/64 x 300 = 14,06
(24 – 14,06)2/14,06 = 7,03
Putih kecil
(aabb)
8
1/64 x 300 = 4,69
(8 – 4,69)2/4,69 = 2,33
300
384,345
X2 = 285,105
Hitam besar : Hitam sedang : Abu-abu besar : Abu-abu sedang : Hitam kecil : Abu-abu kecil : Putih besar : Putih sedang : Putih kecil = 27 : 18 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
df = n-1 = 9-1 = 8
X2 > 15,507 (Signifikan)
B. PEMBAHASAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dengan judul ”Imitasi perbandingan genetis pada monohibrid dan dihibrid terangkai pada autosom” dengan tujuan membuktikan hukum Mendel (perkawinan monohibrid) jika dominansi penuh (3:1) dan apabila dominansi tidak penuh (1:2:1); Membuktikan hukum pemisahan gen yang se alel (Hukum Mendel I); Melakukan pengujian lewat test X2 untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari pertemuan gamet-gamet; Membuktikan adanya gen berangkai pada autosom memperoleh hasil sebagai berikut.
Perkawinan Monohibrid
(Dominansi penuh)
Hasil yang diperoleh untuk perkawinan monohibrid (dominansi penuh) yaitu gen hitam (AA/Aa) 222 dan putih (aa) 78 sehingga total Q = 300 dan total e-nya 300 sehingga setelah dihitung menggunakan rumus memperoleh X2 = 0,16 dan derajat bebasnya 1 sehingga dengan perbandingan antara nilai Chi-square 3,841 dan X2 dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh nonsignifikan atau dianggap baik.
(Dominansi tidak penuh)
Hasil praktikum ini untuk dominansi tidak penuh dapat dilihat pada tabel hasil, jumlah gen hitam (AA) 82, Abu-abu (Aa) 147 dan Putih (aa) 71 sehingga totalnya 300 dan total e = 450, setelah di hitung dengan rumus memperoleh X2 = 0,92 dan perbandingan dengan derajat bebas 2 maka dapat disimpulkan bahwa X2 kurang dari 5,991 sehingga dapat di simpulkan bahwa hasil yang diperoleh nonsignifikan atau dianggap baik..
Perkawinan Dihibrid
(Dominansi penuh)
Dari hasil praktikum perkawinan Dihibrid dominansi penuh dapat dilihat pada tabel bahwa gen Hitam besar (AABB ; AaBb) berjumlah 184, Hitam kecil (Aabb) 20, Putih Besar (aaBb) 84, Putih kecil (aabb) 12 sehingga totalnya 300 dan total e = 300 dan setelah dihitung dengan rumus memperoleh X2 = 40,85 dan derajat bebasnya 3 sehingga dapat disimpulkan bahwa X2 lebih besar daripada 7,815 yaitu signifikan atau dianggap tidak baik.
(Dominansi Tidak penuh)
Untuk dominansi tidak penuh hasil yang diperoleh yaitu gen hitam besar (AABB) 38, hitam sedang (AABb) 34, Abu-abu besar (AaBB) 71, abu-abu sedang (AaBb) 59, Hitam kecil (AAbb) 4, abu-abu kecil (Aabb) 7, putih besar (aaBB) 55, Putih sedang (aaBb) 24, Putih kecil (aabb) 8 sehingga total keseluruhan 300 dan total nilai e = 384,345 maka setelah dihitung dengan rumus memperoleh X2 = 285,105 dan derajat bebasnya 8 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan atau dianggap tidak baik.



BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpullkan bahwa :
  1. Telah dibuktikan hukum Mendel (perkawinan Monohibrid) dan hasilnya sebagai berikut :
Dominansi penuh :
Hitam : Putih = 3:1
Dominansi tidak penuh :
Hitam : Abu – Abu : Putih = 1:2:1
  1. Setelah dilakukan pengujian lewat test X2 diperoleh hasil :
Dominansi penuh :
df = n – 1 = 2-1 =1
X2 <>
Dominansi tidak penuh :
df = n-1 = 3-1 = 2
X2 <>
  1. Perkawinan Dihibrid
Dominansi penuh :
Hitam besar : Hitam kecil : Putih Besar : Putih kecil = 9 : 3 : 3 : 1
df = n – 1 = 4 – 1 = 3
X2 > 7,815 (Signifikan)
Dominansi tidak penuh :
Hitam besar : Hitam sedang : Abu-abu besar : Abu-abu sedang : Hitam kecil : Abu-abu kecil : Putih besar : Putih sedang : Putih kecil = 27 : 18 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
df = n-1 = 9-1 = 8
X2 > 15,507 (Signifikan)



DAFTAR PUSTAKA
Crowder L.V, 1990. Genetika Tumbuhan. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Goodenough U, 1984. Genetics. Third edition. CBS College Publishing, Washington
Yatim Wildan, 2003. Genetika. Edisi ke-5. Penerbit Tarsito, Bandung